Selamat Datang.... Blog Ini Hanya Ingin Berbagi Ilmu Pengetahuan dan Informasi Bersama.. Semoga Bermanfaat !!!!

Selasa, 29 Mei 2012

PAUD " MULTIPLE INTELLIGENCES "

MULTIPLE INTELLIGENCES


MASA DEPAN KARYA PADA KECERDASAN MAJEMUK
Oleh Howard Gardner

Tugas ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak Usia Dini
Dosen : Dr. Puji Yanti Fauziah M. Pd











Disusun Oleh:
Rokhmatun Khasanah     10102241014


PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
MASA DEPAN KARYA PADA KECERDASAN MAJEMUK
Oleh Howard Gardner
Pendahuluan
Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun orang dewasa. Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Mengingat akan pentingnya pendidikan, maka pemerintah pun mencanangkan program wajib belajar 9 tahun, melakukan perubahan kurikulum untuk mencoba mengakomodasi kebutuhan siswa. Sarana untuk memperoleh pendidikan yang disediakan oleh pemerintah masih dirasakan sangat kurang dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan.
Kendala bagi dunia pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas adalah masih banyaknya sekolah yang mempunyai pola pikir tradisional di dalam menjalankan proses belajarnya yaitu sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Dengan demikian sistem pendidikan nasional yang mengukur tingkat kecerdasan anak didik yang semata-mata hanya menekankan kemampuan logika dan bahasa perlu direvisi.
Teori Multiple Intelligences yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi delapan kemampuan intelektual. Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Teori Multiple Intelligences bertujuan untuk  mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Padahal setiap orang mempunyai cara yang unik untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Kecerdasan bukan hanya dilihat dari nilai yang diperoleh seseorang. Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain.
Pembahasan
Mulanya, pemahaman tentang kecerdasan selama lebih kurang 100 tahun hanya terbelenggu pada kecerdasan otak (IQ) saja. Selama ini anak yang dikatakan pandai, bodoh, ideot, embisil dst semata-mata hanya dilihat dari kecerdasan otak. Setiap kecerdasan tersebut berkaitan dengan bekerjanya salah satu daerah dalam sistem otak manusia. Otak manusia memang sebuah anugerah Allah Swt yang tak ternilai. Roger Sperry menemukan fungsi di dua belahan otak. Jadi sebenarnya meski kita memiliki satu otak, tetapi ia memiliki bagian-bagian tersendiri. Otak kiri mengontrol kemampuan berbicara, pemikiran logis dan tubuh bagian kanan. Sedangkan otak kanan mengontrol penglihatan mengenai ruang atau tempat, pengenalan pola (atau susunan gambar atau warna), dan tubuh bagian kiri.
Walaupun masing-masing bagian mempunyai fungsi yang berbeda tetapi ia bekerja sama secara sinergi satu dengan yang lainnya. Aktivitas otak kiri berkaitan dengan angka-angka, kata-kata, struktur atau susunan, hal yang bersifat matematis dan ilmiah, hal yang bersifat linear, dan hal yang mempunyai pertimbangan secara analisis.
Aktivitas otak kanan berkaitan dengan gambar, bentuk, warna, irama, musik, imajinasi, kreativitas, orisinalitas, daya cipta, seni, dan pikiran secara menyeluruh. Oleh karena itu bila anak belajar dengan kedua sisi otaknya, maka akan membentuk sinergi dan lebih baik. (http: // belajar psikologi.com/)
 Kecerdasan majemuk ini menjadi sangat strategis ketika diketahui bahwa masa paling potensial untuk mengembangkan fungsi otak manusia adalah sebelum usia 8 atau 9 tahun. Oleh karena itu, usia 0-8 atau 9 tahun ini disebut “the golden age”. Menurut penelitian, perkembangan otak manusia akan berhenti pada usia 12 tahun, dengan perincian: perkembangan dalam kandungan mencapai 25%, usia 0-9 tahun mencapai 90% dan pada usia 12 tahun memcapai 100%. Sementara itu, perkembangan intelektual seseorang (artinya aspek fungsional dari otak manusia untuk berpikir), akan berhenti pada usia 18 tahun, dengan perincian: sampai usia 4 tahun mencapai 50%, usia 8 tahun mencapai 80% dan usia 18 tahun mencapai 100%. Berdasar penelitian tersebut terlihat jelas bahwa masa paling pesat untuk pertumbuhan fisik maupun intelektual manusia adalah pada saat usia dini. Skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang.
Kecerdasan (Inteligensi) secara umum dipahami pada dua tingkat yakni : Kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien.
Howard Gardner menetapkan syarat khusus yang harus dipenuhi oleh setiap kecerdasan agar dapat dimasukkan dalam teorinya, diantaranya adalah :
a.    Setiap kecerdasan dapat dilambangkan
b.    Setiap Kecerdasan mempunyai riwayat perkembangan
c.    Setiap Kecerdasan rawan terhadap cacat akibat kerusakan atau cedera pada wilayah otak tertentu.
d.    Setiap kecerdasan mempunyai keadaan akhir berdasar nilai budaya.

Inilah empat syarat yang diberikan oleh Howard Gardner, makanya teorinya berkembang dari 7 Kecerdasan (Linguistik, Logis-Matematis, Musik, Spatial-Visual, Kenestetik, Intrerpersonal dan intrapersonal) Menjadi 9 (tambahan 2 yaitu; Naturalis dan terbaru Eksistensialis). Berikut ini uraian singkat dari masing-masing kecerdasan, antara lain :
1.     VERBAL / LINGUISTIC (Cerdas Kata/Word Smart). Kecerdasan linguistik-verbal berhubungan dengan kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Biasanya anak dengan kecerdasan ini menonjol dalam membaca, menulis, bercerita, mengingat kata dan bahasa.
2.     MATHEMATICAL / LOGICAL (Cerdas Logika Matematik / Logic Smart) Yaitu kecerdasan dalam mengolah angka atau menggunakan logika. Kecerdasan ini melibatkan sejumlah bagian pusat berpikir pada otak.
3.     VISUAL / SPATIAL (Cerdas Gambar / Picture Smart) Kecerdasan visual adalah kemampuan untuk berpikir dalam bentuk visualisasi gambar dan mempunyai daya penglihatan yang tinggi.
4.     BODILY / KINESTHETIC (Cerdas Tubuh / Body Smart) kemampuan menggunakan seluruh bagian-bagain tubuh untuk menyelesaikan masalah atau tentang kecerdasan fisik.
5.     MUSICAL / RHYTHMIC (Cerdas Musik / Music Smart) Kecerdasan ini berhubungan dengan ritme, musik dan pendengaran.
6.     INTRAPERSONAL (Cerdas Diri / Self Smart) Anak belajar melalui perasaan, nilai-nilai dan sikap.
7.     INTERPERSONAL (Cerdas Bergaul / People Smart) Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan berhubungan dengan orang lain.
8.     NATURALIST (Cerdas Alam / Nature Smart) Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali dan mengelompokkan berbagai flora fauna dan memahami berbagai gejala alam.
9.     EXISTENTIAL (Cerdas Makna / Existence Smart) Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan untuk menempatkan diri dalam jagat raya yang luas, jauh tak terhingga dan menghubungkannya dengan kehidupan selanjutnya (kematian). (http://panjiesantoso.wordpress.com)
Pengenalan terhadap ciri tiap jenis kecerdasan tersebut sangat penting, agar kita mengetahui jenis kecerdasan apa yang dominan pada anak kita, sehingga kita dapat mengarahkan kecerdasan tersebut dengan optimal sesuai minatnya. Biasanya, jenis kecerdasan yang dominan pada anak juga berbanding lurus dengan minatnya, sehingga jika hal ini dikembangkan dengan baik, anak akan tumbuh besar dengan cita-cita yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Jangan sampai karena kita tidak jeli dalam mengenali jenis kecerdasan anak, akhirnya anak merasa dipaksa untuk menjadi ini dan itu di luar keinginannya. Seseorang individu tidak seharusnya mempunyai kekuatan yang sama dalam setiap bagian atau gabungan kecerdasan yang sama. Seseorang individu boleh memajukan setiap kecerdasan, walaupun hipotesis menunjukan kebanyakannyaaa akan lebih tersedia untuk maju dalam satu bagian berbanding dengan bagian yang lain. (gardner,2003)
Semua definisi mengenai kecerdasan dibentuk oleh waktu, tempat dan budaya. Definisi ini mungkin berbeda dari masyarakat yang satu ke masyarakat yang lain, bahwa dinamika di belakangnya yang dipengaruhi oleh matriks kekuatan yang sama. Antara lain : bidang pemikiran pengetahuan yang perlu untuk keberlangsungan budaya, seperti pertanian, sastra atau seni. Nilai yang ada dalam budaya, seperti penghormatan kepada orang yang lebih tua, tradisi ilmiah, atau kecenderungan pragmatik, dan sistem pendidikan yang mengatur dan memelihara berbagai individual.
(http: //www.wyethindonesia.com/)

Kecerdasan Manusia Dalam Perspektif Sosial
Ada dua sketsa tentang kecerdasan Manusia dalam Prespektif Sosial, antara lain:
a.    Masyarakat Tradisional/Agraris
Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang didalamnya sebagian besar populasi terlibat dalam memastikan pasokan makanan yang memadai. Memerlukan makanan dalam masyarakat ini pada umumnya amat besar memerlukan tenaga kerja. Jadi, sebagian besar orang harus berjuang keras dalam bidang-bidang seperti perikanan, pertanian, berburu, atau menggembala. Bidang pemikiran  pengetahuan berkembang diseputar bentuk agama, mitos, musik, tarian, dan seni visual. Anak-anak juga harus disosialisasikan kedalam sistem nilai dari masyarakat, agamanya dan etiketnya, dan susunan sosialnya yang yang terakhir ini biasanya ditentukan oleh umur dan jenis kelamin.
Pada umumnya, anak-anak belajar nilai dan ketrampilan dari budaya mereka dengan mengamati apa yang dilakukan oleh orang dewasa dan kemudian menirukannya. Lingkungan anak-anak penuh peluang kehidupan nyata yang menerapkan ketrampilan yang mereka pelajari, dan dengan demikian ketrampilan ini menjadi praktek reguler. Sebenarnya praktek dari ketrampilan ini biasanya berbentuk tenaga kerja yang diandalkan masyarakat tersebut.
Dalam beberapa masyarakat, evolusi dari pekerjaan terampil dan menghargai keahlian menuntut bentuk belajar yang lebih terstruktur. Keahlian ini ditularkan kepada kaum muda terutama lewat sistem pemagangan. Pemagangan ini sering dikaitkan dengan pekerjaan yang biasanya dilakukan keluarga dan berada ditangan orang tua masing-masing. Seorang anak melaksanakan tugas kecil yang berkaitan dengan pekerjaan dan mengamati apa yang dilakukan oleh para ahli. Lewat praktek, pemagangan akan terampil dalam berbagai langkah yang detetapkan dengan baik untuk membuat produk akhir.
Dalam masyarakat tradisional, kecerdasan termasuk kemampuan mempertahankan ikatan sosial masyarakat. Dalam suatu masyarakat yang kemungkinan tergantung pada kerjasama dari banyak individual untuk keperluan mendasar seperti makanan dan tempat tinggal, masuk akal bahwa mereka dapat mengamankan kerjasama seperti itu akan dianggap cerdas.   (gardner, 2003) 
b.    Masyarakat Industri
Berbeda dengan masyarakat tradisional, kemajuan masyarakat industri dalam ilmu pengetahuan dan teknologi bebas dan bahkan dipaksakan sebagian besar populasi untuk terlibat dalam tenaga kerja yang tidak berhubungan dengan produksi makanan. Masyarakat industri mengembangkan sejumlah besar pekerjaan yang berasal dari masyarakat itu sendiri dan menggunakan lebih lanjut pengetahuan teknologi. Misalnya, karyawan pabrik diperlukan untuk mengerjakan berbagai barang yang dibuat secara massal dan ilmuan serta insinyur dilatih untuk mengembangkan peralatan dan proses baru. Permintaan akan penemuan baru, disamping meningkatnya kompleksitas ekonomi berupa perdagangan, perbankan, dan distribusi, memerlukan kemampuan membaca-menulis dari sebagian besar masyarakat. Kemampuan membaca-menulis diperlukan untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan, matematika, dan kumpulan pengetahuan lainnya yang dihasilkan dalam masyarakat ini. Walaupun anak-anak terus belajar banyak dari orang yang lebih tua, orangtua dalam masyarakat industri jarang memberikan instruksi untuk pekerjaan anak-anak mereka di masa depan. Dalam masyarakat tradisional, pekerjaan sebagian besar diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sedangkan dalam masyarakat industri, orang tua mungkin bekerja diluar rumah, atau mereka tidak ingin atau mempunyai posisi untuk menginginkan anak-anak mereka mengikuti jejak mereka. Kaum muda dalam masyarakat industri memperoleh kemampuan baca-tulis dan belajar bidang pemikiran pengetahuan  terutama lewat sekolah.
Bersekolah dalam masyarakat industri berbeda dalam tingkat kepentingan dari bersekolah dalam masyarakat tradisional. Dalam masyarakat tradisional, ditekankan untuk membentuk nilai inti dan sering sering diberi pedoman politik dari masyarakat sekitar. Oleh karena itu, apa yang dipelajari kaum muda disekolah membawa status dalam masyarakat yang lebih luas, bahkan sekalipun aktivitas mereka dipisahkan dari kegiatan perdagangan dan pertanian rutin masyarakat sehari-hari.
Perubahan dalam pengonsepan kecerdasan muncul seiring meningkatnya tuntutan kemampuan baca-tulis dan undang-undang mengenai sekolah. Sedangkan pada awalnya, gelar kehormatan seperti “cerdas” dan “bijaksana” diberikan kepada orang yang baik atau bermoral tidak perduli dengan tingkat orang yang bersangkutan, dalam masyarakat industri, kecil kemungkinan orang yang buta huruf memperoleh posisi sosial yang kuat atau berpengaruh.

Teori Kecerdasan baru
Konteks sosial yang diuraikan diatas menyatakan dua cara berbeda untuk menetapkan kecerdasan. Dalam masyarakat tradsional, kecerdasan dikaitkan dengan ketrampilan dalam hubungan antar pribadi, sedangkan dalam banyak masyarakat industri kecerdasan lebih berpusat pada kemampuan tingkat tinggi. Kedua definisi merupakan pertautan dengan masalah mempertahankan hidup budaya dalam masyarakat tradisional, mempertahankan kohesi masyarakat yang diperlukan, dan dalam masyarakat industri menyediakan cara untuk membentuk teknologi dan industri maju.
Bila kecerdasan dikonsepkan sebagai perwakilan dinamika antara kecenderungan individual dan kebutuhan serta nilai sosial (berlawanan dengan karakteristik dari individual), maka tampak bahwa realisasi potensial individual dan kebutuhan budaya yang disebutkan diatas terorganisasi dalam cara yang terbukti efektif untuk  struktur sosial dan ekonomi dari masyarakat tertentu. Oleh karena itu, definisi kecerdasan terutama sebagai perwujudan dari keterlibatan antara dua komponen, antara lain : individual yang mampu menggunakan sederetan kompetensi dalam berbagai bidang pemikiran pengetahuan dan masyarakat yang memperkuat perkembangan individual lewat peluang yang mereka sediakan, lembaga yang mereka dukung, dan sistem nilai yang mereka promosikan. Kompetensi individual hanya mewakili satu aspek dari kecerdasan, kecerdasan juga memerlukan struktur dan lembaga sosial yang memungkinkan perkembangan dari kompetensi ini. Bersama dengan sikap baru mengenai kecerdasan, bentuk baru dari sekolah dan penilaian diperlukan untuk memperkuat kompetensi sebagian besar penduduknya.   


Memberdayakan Kecerdasan dengan Penilaian Konstektual
Tes kecerdasan berfungsi sebagai jebakan tidak hanya untuk ahli teori, tetapi juga untuk para pendidik dan siswa. Daripada tes membangun yang tidak mengukur kecerdasan, tetapi bukanya cenderung memilah-milah individual dan berpotensi membatasi pertumbuhan mereka. Konsep mengenai status akhir orang dewasa membantu memfokuskan penilaian dan kemampuan yang relevan untuk mencapai peran orang dewasa yang signifikan dan memberikan penghargaan dalam masyarakat. Implikasi dari penilaian yang amat kontekstual untuk lembaga dan tugas membantu yang mengalami kesulitan belajar lebih segera dan langsung ketimbang  soal diluar konteks. misalnya pengalaman dibimbing dalam bidang pemikiran pengetahuan seperti seni visual atau ilmu mekanika mungkin salah satu cara untuk bekerja secara dengan masalah sentral dan material dari suatu bidang.
Lingkungan penilaian harus mengikuti sejumlah hal yang diperlukan. Lingkungan itu harus emadukan kurikulum dan penilaian serta mengundang individual untuk menggunakan berbagai kompetensi yang dimiliknya dalam konteks melaksanakan proyek atau aktivitas yang berarti. Penilaian juga harus menyediakan sejumlah material yang secara intrinsik menarik dan memotivasi yang akan dapat dipakai dalam jangka panjang dan yang akan sensitif terhadap pebedaan individual. Material juga harus adil terhadap kecerdasan, artinya mampu dipergunakan kompetensi spesifik tanpa harus mengandalkan pada cara atau kemampuan linguistik atau logika sebagai perantara.

Kesimpulan
Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien. Kecerdasan merupakan suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Tingkat kecerdasan (Intelegensi) ditentukan oleh bakat bawaan berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya. Dalam masa pertumbuhan, terutama pada periode emas dibawah usia 12 tahun, anak juga akan menjadi lebih impresif dalam memanfaatkan semua indera yang dimilikinya. Karena itu, anak menjadi lebih kuat sisi emosional, psikologis, dan imajinasi mereka. Bahkan lebih jauh lagi, sejumlah pakar menyebutkan, bermain peran membantu anak belajar bekerja sama, bergiliran.
Menurut Howard ada 9 teori kecerdasan, antara lain :
1.    VERBAL / LINGUISTIC (Cerdas Kata/Word Smart)
2.    MATHEMATICAL / LOGICAL (Cerdas Logika Matematik / Logic Smart)
3.    VISUAL / SPATIAL (Cerdas Gambar / Picture Smart)
4.     BODILY / KINESTHETIC (Cerdas Tubuh / Body Smart)
5.     MUSICAL / RHYTHMIC (Cerdas Musik / Music Smart)
6.    INTRAPERSONAL (Cerdas Diri / Self Smart)
7.    INTERPERSONAL (Cerdas Bergaul / People Smart)
8.    NATURALIST (Cerdas Alam / Nature Smart)
9.     EXISTENTIAL (Cerdas Makna / Existence Smart)

Ciri-ciri keberbakatan seseorang adalah, kemampuan di atas rata-rata, kreativitas, pengikatan diri. Anak berbakat adalah mereka yang karena memiliki kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Bakat-bakat tersebut baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi :kemampuan intelektual umum, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan dalam salah satu bidang seni, kemampuan psikomotor, kemampuan psikososial. Mengembangkan kecerdasan majemuk anak merupakan kunci utama untuk kesuksesan masa depan anak. Peran orang tua dalam memberikan latihan-latihan dan lingkungan yang mendukung jauh lebih penting dalam menentukan perkembangan kecerdasan seorang anak. Jenis kecerdasan yang dominan pada anak juga berbanding lurus dengan minatnya, sehingga jika hal ini dikembangkan dengan baik, anak akan tumbuh besar dengan cita-cita yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Jangan sampai karena kita tidak jeli dalam mengenali jenis kecerdasan anak, akhirnya anak merasa dipaksa untuk menjadi ini dan itu di luar keinginannya.

Daftar Pustaka
Gardner, howard. Kecerdasan majemuk. Terjemahan oleh Drs. Alexander Sindoro. 2003. Batam: Interaksa

http: // belajar psikologi.com/multiple-intelegences-atau-kecerdasan-ganda/ diakses tanggal 20 Juli 2011. 19:05:00

http: //www.wyethindonesia.com/$$ multiple intelligences.html?menu_id=66& menu_item_id=4 diakses tanggal 20 Juli 2011. 19:05:34

http://panjiesantoso.wordpress.com/2010/05/13/multiple-intelligences-kecerdasan -menurut-howard-gardner-implementasinya-strategi-pengajaran-dikelas/ diakses tanggal 20 juli 2011. 20:10:15

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys