Sejarah Pencak Silat Banjarnegara
Pencak silat sebagai bagian dari kebudayaan asli Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Begitu
juga dengan perkembangannya di Banjarnegara. Sebagai salah satu cabang
olahraga andalan yang pernah memecahkan rekor Muri dengan jumlah pesilat
4.190 di tahun 2008 ini, Banjarnegara mampu mencetak pesilat-pesilat
tangguh yang terbukti bisa mengharumkan nama kabupaten Banjarnegara di
tingkat daerah, nasional, maupun internasional.
Bila menengok
sejarah berdirinya pencak silat di Banjarnegara (sekarang menjadi
Ikatan Pencak Silat Indonesia/IPSI Cabang Banjarnegara) mulai dirilis
sejak tahun 1979. Setelah malang melintang dalam perintisan agar bisa
eksis, IPSI terus berbenah untuk melahirkan “pendekar-pendekar” tangguh
Banjarnegara yang bisa mengibarkan bendera kota Banjarnegara di tanah
air maupun mancanegara.
Ketua Harian IPSI, H.Soebardi Hanif menyatakan bahwa geliat IPSI mulai terlihat dengan munculnya pimpinan
pengurus dimana pada tahun 1994 Drs. H. Djasri, MM.MT yang pada waktu
itu menjabat sebagai Kepala DPU Banjarnegara akhirnya bersedia untuk
diangkat menjadi Ketua Umum IPSI Banjarnegara.
“Walau
tertatih-tatih karena dana pada waktu itu belum dialokasikan secara
khusus oleh pemerintah, tetapi melalui pendekatan dengan para atlet,
akhirnya setahun kemudian (1995) menuai hasil dengan mengukir prestasi
pada kejuaraan daerah di Banyumas melalui Titik Sulasih, Genuk Nur
Aisyah, dan Uyung Suprianto,” ungkapnya.
Tahun
1997 muncullah nama Lutfan Budi Santosa yang memulai karir
bertandingnya dan langsung menyabet Juara Umum Popda Pelajar di
Banyumas. Dari 3 Kabupaten di Banyumas yang mengikuti ajang tersebut,
Banjarnegara meraih 11 medali, Cilacap 2 medali, dan Purwokerto hanya 1
medali. Prestasi terus berlanjut pada Porda 2001 dengan menggondol 1
emas, 2 perak, dan 1 perunggu. Lagi-lagi untuk medali emas dikantongi
oleh Lutfan.
Karena
kesibukannya setelah menjabat sebagai Bupati Banjarnegara, tahun 2002
Drs. H. Djasri, MM.MT yang begitu mencintai pencak silat menyerahkan
tampuk pimpinan IPSI kepada Ir. Suryono Pudjo Dwi Muljo, BE,SE,MT,Msc
yang dianggap pantas melanjutkan dan memajukan program-program IPSI ke
depan. Hal ini ditandai dengan penyerahan panji IPSI dari kepengurusan
lama ke pengurus baru periode 2002-2006. Tahun 2006, kepengurusan
diestafetkan lagi ke pimpinan yang baru Ir. Arifin Romli yang sampai
sekarang masih menjabat sebagai Ketua IPSI Cabang Banjarnegara dan terus
aktif mendukung perkembangan pencaksilat di Banjarnegara.
Padepokan Sebagai Cikal Bakal Pesilat
Bisa
dikatakan saat ini IPSI cabang Banjarnegara sudah menuai puncak
kesuksesannya dengan mengantarkan Lutfan menjadi juara dunia. Diawali
dengan memenangkan Kejuaraan Pencak Silat Dunia di Penang, Malaysia
tahun 2002. Dari prestasinya tersebut ia bahkan dinobatkan menjadi Duta
Bangsa Eksibisi Asian Games 2002 di Busan Korea. Dilanjutkan dengan
meraih medali emas pada SEA GAMES tahun 2003 di Hanoi Vietnam, dan
terakhir kemenangannya dalam Asian Martial Art Games 2009 di Thiland
Awal Agustus 2009 lalu dengan mengalahkan 9 peserta dari negara lain
serta memboyong medali emas.
Kesuksesan
yang diraih oleh pesilat-pesilat Banjarnegara tidak lepas dari
Padepokan tempat mereka menimba ilmu. Sebagai apresiasi atas prestasi
yang diraih, Pemkab memfasilitasi pendirian Padepokan Pencak Silat Tapak
Suci bertaraf nasional di Desa Wanadadi yang pada tahun 2005 diresmikan
langsung oleh Wakil Gubernur Jateng saat itu, H.Mufizd Ali SH.
Menurut
Soebardi sampai saat ini sebenarnya ada 27 Padepokan Pencak Silat yang
berdiri di Banjarnegara dan aktif membina atletnya secara kontinyu.
“Beberapa diantaranya Persaudaraan Setia Hati (PSHT) Teratai di Merdayu,
PSHT Cempaka di Danaraja, Panca Hikmadi di Mandiraja, Hisbullah di
Susukan, dan Merpati Putih di SMAN 5 Banjarnegara. Selain program teknik
yang menjadi inti dalam pertandingan, program lain yang diajarkan
adalah bela diri, lari, senam pemanasan, dan mengambil batu dari sungai
sebagai program yang bersifat tradisional,“ jelasnya.
Regenerasi dan Prestasi
Diakui
Soebardi, IPSI Banjarnegara sudah menyiapkan atlet-atlet potensial yang
akan mengikuti jejak Lutfan. Upaya regenerasi ini sudah membuahkan
hasil, Terbukti dengan munculnya bibit-bibit baru yang mulai bisa
berbicara di beberapa event daerah maupun nasional. Salah satunya adalah
Rahmat Fitroh Ramdani yang juga telah menjuarai beberapa kejuaraan
ditingkat provinsi maupun nasional. Bahkan beberapa waktu lalu ia juga
mendampingi Lutfan pada kejuaraan UK International Championship di
London. “Meski belum sehebat Lutfan, namun kiprahnya mulai
diperhitungkan pesilat mancanegara Dani begitu dia disapa berhasil
menyumbangkan medali emas pada porprov 2009 di kota Solo Juli lalu,”
ujar Soebardi.
Di
tingkat pelajar juga muncul generasi baru yang telah berkiprah di
kancah nasional. Atlet yang diharapkan menjadi calon penerus Lutfan ini
adalah Bangun Novenbria Yoga Pamungkas. Pada kejuaraan PPLP 2009 di
Jakarta, 2 Agustus lalu, Bangun meraih emas sekaligus menjadi pesilat
terbaik di kelas B Putra.
Selain
itu di bagian putri, Banjarnegara juga memiliki pesilat tangguh seperti
Anissa Pengesti. Kini Pengesti yang berada di Kelas C Putri itu tengah
mengikuti Pelatnas Sea Games di Jakarta. Pada Bulan November tahun ini Anissa akan tampil di Asian indoor Games 2009 di Vietnam.
Di
samping ketiga nama tersebut, masih banyak nama-nama lain yang
diunggulkan dan termasuk kategori atlet berprestasi tingkat provinsi dan
nasional. Mereka adalah Olan, Alih Yutika Nanda, dan Nur Azizi. Selain
itu ada dua atlet berprestasi lain yang diminati kontingen Yogyakarta
sehingga terikat kontrak dengan DIY karena mereka sedang melanjutkan
studi di sana. Kedua atlet tersebut adalah Bayu Iswara dan Harry Wibowo.
“Terbukti
masih banyak atlet yang siap mengharumkan Banjarnegara di kancah
nasional maupun internasional. Lutfan memang panutan bagi atlet silat di
Banjarnegara, namun kita juga mempunyai tanggung jawab untuk terus
meningkatkan dan mempertahankan prestasi juara dunia yang telah
diperjuangkan dan dipertahankan Lutfan. Tinggal bagaimana kita
pintar-pintar mengasah dan mempertahankan aset daerah ini agar jangan
sampai dimanfaatkan bahkan diambil oleh daerah lain,” tambahnya.
Peran Pemkab Bagi Pengembangan Pencak Silat Banjarnegara
Bupati
Banjarnegara Drs. Ir. H. Djasri MM. MT mengatakan akan mengupayakan
untuk mempertahankan pencak silat sebagai cabang olah raga andalan
Banjarnegara. Prnyataan
tersebut disampaikan Bupati saat menanggapi prestasi Lutfan dalam Asian
Martial Art Games 2009 di Thiland Awal agustus 2009 lalu. Bupati
berjanji akan selalu memberi apresiasi tinggi kepada atlet yang
berprestasi, baik tingkat daerah, nasional maupun internasional. Salah
satu bentuk penghargaan itu adalah memberi bonus dan memenuhi kebutuhan
sarana prasarana pembinaan.
“Penghargaan
bagi atlet berprestasi sudah ditetapkan dalam SK Bupati sebagai bentuk
perhatian Pemkab. Jika dulu ada tambahan diangkat sebagai Pegawai Tidak
Tetap (PTT), sekarang sudah tidak bisa karena ada larangan dari Menpan
supaya tidak mengangkat PTT lagi. Selain itu, sebagai anggaran rutin,
bantuan dari APBD juga akan terus dialokasikan,” jelasnya.
Terkait
program pembinaan, sejak tahun 2002 Bupati Djasri sudah melengkapi
fasilitas latihan dengan membelikan matras berstandar nasional dengan
ukuran 10X10 meter seharga Rp.25 juta. Diakui Soebardi sejak adanya
matras tersebut prestasi atlet terus naik. “Dalam silat nilai terbesar
diambil dari teknik bantingan, hal itu hanya bisa dilatih jika matras
yang dipakai sebagai media untuk latihan memenuhi standar yang
ditetapkan,” ujarnya.
Terpisah,
Ketua IPSI Banjarnegara, Arifin Romli mengatakan banyaknya atlet yang
melanjutkan sekolah atau kuliah di luar kota menjadi kendala bagi
program pembinaan. Sebab secara otomatis mereka hilang dari pantauan
pembina/pelatih dan lepas dari program pembinaan yang sudah ada.
“Di
bawah kendali KONI, IPSI Banjarnegara mencoba bekerjsama dengan Diknas
agar pencak silat bisa dijadikan sebagai mata pelajaran olahraga di
sekolah dan diikutkan dalam Porseni. Hasilnya, atlet yang berprestasi
dibawa ke PPLP di Kartosuro yang merupakan pusat latihan bagi pelajar.
Disamping itu, tak lupa pemerintah harus selalu gencar mensosialisasikan
pencak silat sebagai kebudayaan luhur Indonesia agar tidak sampai punah
atau diklaim negara lain. Sedangkan untuk memasyarakatkan pencak silat
sebagai olahraga rakyat kami bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan
Olahraga (Dindikpora) untuk membuat pelatihan/penataran bagi guru
olahraga dan pelatih” jelasnya.
5 komentar:
maaf boleh sy tau keberadaan Sdri genuk nur aisyah saat ini,
sy teman dari JOG dan kehilangan kontak sejak tahun 2003 setelah ia wisuda dari FIK UNY...apa bila mengetahui mohon infonya di FB sy https://www.facebook.com/atisto.
terimakasih banyak atas bantuannya....
salam kenal dari tapak suci serdadu DJI solo
Boleh minta info untuk tapak suci dibanjarnegara yang terdekat. Saya area argasoka
Klo gabung di Banjar alamatnya dimana
Bolehkan saya ikut latihan atlet di ipsi banjarnegara?
Posting Komentar