Selamat Datang.... Blog Ini Hanya Ingin Berbagi Ilmu Pengetahuan dan Informasi Bersama.. Semoga Bermanfaat !!!!
Tampilkan postingan dengan label Cerita Inspiratif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Inspiratif. Tampilkan semua postingan

Selasa, 29 Mei 2012

Harga Diri Seorang Muslimah


Ketika seseorang memutuskan dirinya untuk bernaung di dalam Islam, sesungguhnya ia sedang menerima kehormatan diri yang meliputi ketenangan, ketentraman, kenyamanan dan penjagaan yang sempurna, untuk kehidupan dunia dan akhiratnya. Begitu pula dengan nilai diri seorang muslimah. Tak ada agama yang mengawal seluruh aspek kepribadian dan dirinya, keamanan dan keselamatan dirinya, kecuali ia telah menyerahkan seluruh dirinya di dalam Islam.
Contoh agung ini telah tertoreh di dalam sejarah. Pada suatu hari, seorang wanita Arab membawa perhiasannya ke tempat perdagangan Yahudi Bani Qainuqa’. Ia mendatangi seorang tukang sepuh untuk menyepuhkan perhiasannya. Ia kemudian duduk sambil menunggu tukang sepuh itu menyelesaikan pekerjaaannya. Tiba-tiba datanglah beberapa orang Yahudi berkerumun mengelilinginya dan minta kepada wanita Arab itu supaya membuka penutup mukanya. Wanita itu pun menolaknya. Tanpa diketahui oleh sang wanita, secara diam-diam si tukang sepuh itu menyangkutkan ujung pakaian yang menutup seluruh tubuhnya pada bagian punggungnya.
Ketika sang wanita berdiri, terbukalah aurat bagian belakangnya. Orang-orang yahudi yang melihatnya tertawa terbahak-bahak. Wanita itu menjerit meminta pertolongan. Mendengar teriakan itu, salah seorang dari kaum muslimin yang berada di tempat perniagaan itu, secara kilat menyerang tukang sepuh yahudi itu dan membunuhnya.
Orang-orang yahudi yang berada di tempat itupun mengeroyoknya hingga orang muslim itu mati terbunuh. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya peperangan antara kaum muslimin dan orang-orang Yahudi bani Qainuqa’.
Subhanallah, perlakuan yang diterima oleh seorang muslimah, mampu menyebabkan terjadinya peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah saw beserta para sahabatnya dengan para yahudi bani Qainuqa secara keseluruhan. Tak tanggung-tanggung, Rasulullah mengepung mereka di dalam benteng-bentengnya selama lima belas hari, sampai kemudian mereka menyerah dan bersedia menerima hukuman yang diputuskan oleh Rasulullah saw .
Meski secara kuantitatif jumlah wanita separuh dari masyarakat dunia, tetapi pengaruhnya terhadap saudara kandungnya, suaminya atau anak-anaknya dan masyarakat sekitarnya, melampaui lebih dari itu. Wanita adalah pribadi yang mukallaf (mempunyai tanggung jawab) sebagaimana laki-laki. Ia mendapat perintah dan larangan sama sebagaimana laki-laki, ia juga diberi penghargaan pahala dan juga siksa apabila melanggar perintahNya.
Islam menempatkan wanita dalam posisi terhormat, sebagai saudara kandung dan juga partner bagi pria dalam seluruh dimensi kehidupan, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat.
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (AQ S 33: 35)
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (AQ S 9:71)
Kedua ayat tersebut menegaskan bahwa wanita memiliki kedudukan setara dengan para lelaki, mereka saling menolong dalam berbagai lapangan kebajikan, tanpa memandang perbedaan di antara keduanya, selain keutamaan untuk melakukan amar ma’ruf nahiy mungkar.
Wanita pula yang mendapat dakwah pertama, yaitu bunda Hawa, dari manusia pertama, yaitu nabi Adam. Di dalam al Quran, tidak ada keterangan yang menunjukkan bahwa wanita, yakni bunda Hawa, harus bertanggung jawab atas kesalahan Adam as. Bahkan pertanggungjawaban yang pertama kali adalah pertanggungjawaban Adam. Sedangkan Hawa, hanya mengikutinya.
Allah swt berfirman : “Dan Sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.” (AQ S Al baqarah 115)
Wanita berikutnya, dari generasi yang berbeda, juga menunjukkan ketegaran luar biasa. Adalah bunda Hajar, ibu Ismail. Saat Ibrahim meninggalkannya di lembah tak berpenghuni dan hanya membekalinya dengan setangguk air. Perasaan kewanitaannya pun pasti akan menunjukkan rasa takut, tanpa siapa-siapa dan tanpa bekal apa-apa. Ia bergejolak saat Ibrahim beranjak pergi. Sementara ia menggendong bayi yang masih menyusu kepadanya. Ibrahim tak menoleh saat Hajar menanyainya. Sesaat Hajar bertanya, “Apakah Allah yang menyuruhmu?” Ibrahim membenarkannya. Apa jawaban Hajar? “Kalau begitu ia tak akan menyia-nyiakan kami.” Subhanallah, jawaban mulia dari seorang wanita yang terkokohkan betul nilai kebenaran di hati dan seluruh tubuhnya. Hajar pula yang menyiapkan dan mendidik anaknya, Ismail, sehingga ketika turun perintah Allah kepada ayahnya untuk menyembelihnya, Ismail membenarkannya. Duhai dari mana lagi kita mesti belajar ketegaran kalau bukan dengan bunda luar biasa seperti bunda Hajar yang tercatat dalam hadis yang mulia.
Belum lagi wanita-wanita perkasa di sekitar nabi Musa, sejak kelahirannya. Saat sang bunda melahirkan di gua yang tersembunyi agar selamat dari kekejaman Firaun dan bala tentaranya. Lalu mendapatkan ilham dari Allah untuk menghanyutkannya di sungai, hati ibu mana yang sebenarnya tega melakukannya? Tetapi kepercayaan penuh pada Allah menabahkannya. Ia perintahkan kakak perempuan nabi Musa untuk mengikutinya. Sampai kemudian Musa diambil oleh Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun. Asiyah membesarkan dengan kasih sayang yang luar biasa. Dan saat Allah mengangkat Musa menjadi Nabi, Asiyah adalah salah seorang yang tersentuh hatinya dan rela menerima cobaan dan siksaan karena keimanan yang menghujam dan keinginannya untuk dibangunkan sebuah rumah di sisi Allah, sebab kekafiran suaminya.
Lihatlah pula peran wanita shahabiyah di sekitar dakwah Rasulullah. Kita tak pernah kekurangan sosok hebat dengan masing-masing peranannya. Adalah bunda Khadijah, istri Rasulullah, yang mengorbankan harta dan dirinya untuk perjalanan dakwah. Ia pula yang menguatkan Rasulullah saat rasul pertama kali menerima wahyu. Tak pernah tergantikan peran beliau untuk kemashlahatan dakwah. Juga bunda Aisyah yang ilmunya lebih berat bila ditimbang dengan wanita-wanita lain di Madinah. Ia periwayat hadits handal dari kalangan wanita.
Belum lagi wanita pejuang yang terlibat di dalam jihad. Surat al Mumtahanah , yang berarti wanita yang diuji, turun di Madinah, menggambarkan betapa istimewanya para shahabiyah. Surat ini menceritakan sejumlah kaum wanita yang beriman, namun suami mereka masih kafir, sehingga mereka terpaksa berhijrah untuk keluar dari rumah mereka, meninggalkan sanak saudara dan kampung mereka, dari Makkah menuju Madinah. Mereka melakukannya untuk berjuang di jalan Allah, menyusul Rasulullah dan kaum mukminat lainnya, sebagaimana digambarkan al Quran.
Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman Maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (AQ S 60:10)
Kisah hebat ini merupakan gambaran kekuatan kaum mukminat yang mampu melewati beratnya rintangan yang harus mereka alami, mengalahkan fanatisme keluarga, suku, kaum dan kerabat. Mereka memilih hijrah dengan kondisi transportasi pada saat itu, ditambah ketiadaan lelaki yang menjaga mereka karena mereka memang sedang lari dari suaminya yang musyrik, tidak diragukan lagi, tantangan berat itu tak menggoyahkan, meski cuma seserpihan keyakinan mereka, keimanan mereka telah sampai pada puncaknya.
Rasulullah saw bersabda, “Wanita adalah belahan laki-laki.” Imam al Khathabi menjelaskan hadits ini dengan mengatakan bahwa wanita adalah pendamping dan representasi pria, lahir dan batin, bahkan seakan bagian yang tak terpisahkan dari tubuh lelaki itu sendiri.
Begitulah, tak ada naungan seteduh naungan Islam, tak ada aturan yang sepenuhnya menjaga kecuali ketaatan pada aturan Islam. Maka, pribadi-pribadi mulia yang telah tersentuh dalam cahaya iman, pasti akan melejit dan menemukan kepribadian terbaik yang rela menpertaruhkan apapun yang mereka punya untuk pembuktian kebenaran imannya.
Tak ada pengurangan hak seorang wanita karena kewanitaannya bila ia memahami Islam, mau mengamalkannya dan berinteraksi secara penuh dengan keindahannya. Tak ada ekstrimitas yang akan menolak perannya dan mengotakkannya dalam bilik gelap bila ia bertekad untuk mewujudkan peran para sahabat mulia yang terdidik oleh tangan Rasulullah.
Maka bergembiralah saudariku, karena kita terpilih oleh cinta kepadaNya, kekuatan untuk meneladani rasulNya dan hidup bersama syariatNya.

By Fiqih Wanita

Senin, 21 Mei 2012

~.::*MENJAGA HATI & MEMAKNAI KATA HATI *::.~


Bismillahirrahmanirrahiim..
Assallamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh


Sahabat saudaraku fillah..Yang di Rahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hati dalam bahasa Arab adalah Qalb yang kemudian di indonesiakan menjadi qalbu. Qalbu adalah suatu lintasan perasaan pada diri manusia atau anggota tubuh yang abstrak dan hanya bisa dirasakan.Qalbu adalah segumpal daging yang terletak di dalam dada manusia,sebagai tempat bertarungnya pengaruh kebaikan dan kejahatan organ ini memiliki peranan yang sangat penting.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

"Ketahuilah bahwa dalam jasad ada segumpal daging, jika ia baik maka seluruh jasad menjadi baik, tetapi jika ia rusak maka seluruh jasad akan menjadi rusak, ketahuilah segumpal daging itu adalah hati”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Bahasa Hati adalah kata-kata yang terlintas dalam perasaan yang kemudian dituangkan dalam bentuk lisan, tulisan ataupun perbuatan kita, sebagai manifestasi dari apa yang tersirat dari dasar hati kita, sehingga ditemukan berbagai “kata hati” yang agak aneh dan asing terdengar ditelinga dan terbaca oleh mata, karena bahasa hati adalah “Bahasa Rasa” yang hanya akan terbaca dengan hati dan perasaan saja.

Keinginan untuk bertaubat, keinginan untuk taat dan mengabdi kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , keinginan untuk berbagi dengan sesama, adalah bahasa hati yang benar, yang dituntun oleh fitrah Rabbaniyah kita, dan inilah bahasa hati yang yang haq yang harus diikuti. Taat adalah bahasa hati, mungkin terlihat lewat gerak jasmani, tapi mungkin juga bertolak belakang dengan kata hati kita, hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kita yang tahu.

Sementara ada sisi lain dari hati yang berupa “rasa” dan “bisikan” syaitan yang juga dinisbatkan sebagai bahasa hati seperti rasa malas adalah bahasa hati, rasa enggan adalah bahasa hati,rasa iri adalah bahasa hati, Ingkar juga adalah bahasa hati, yang semuanya abstrak dan tidak terlihat secara kasat mata.Kita harus mengenali Bahasa hati kita agar kita selamat dari tipu muslihat syaitan yang mendompleng dalam “kata hati”, agar kita selamat penuhi hati dengan

Dzikrullah, setiap saat, setiap detik, bahkan setiap hembusan nafas kita, selalu berdzikir, sehingga syaitan tidak mempunyai ruang untuk mengisi kekosongan hati kita, InsyaAllah, ketika kita senantiasa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita akan terhindar dari bisikan atau bahasa hati yang menyesatkan.

Jadi jelaslah bahwa salah satu potensi yang paling berharga yang kita miliki yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala,untuk bekal hidup sebagai seorang manusia dimuka bumi ini adalah Hati (qalbu).Segumpal daging yang dinamaka hati inilah yang membuat kita mulia atau tidak,bahagia atau sengasara.

Hati yang selalu bersih membuat hidup kita lebih bahagia tidak pernah kecewa dengan ujian,fitnah,atau iri dengki kepada orang lain,dan selalu memandang jernih setiap masalah,sehingga pasti akan tenang dalam menjalani hidup.

Sebaliknya jika orang yang tidak menjaga hati akan bermuara pada hati terkotori dan pada akhirnya selalu tidak tenang,karena hatinya dipenuhi prasangka,rasa dengi,sombong.Orang seperti ini terlihat jelas dari akhlaknya yang semakin terpuruk,sungguh sia-sia waktunya karena hanya sibuk memikirkan kekurangan orang lain semata.

Oleh karena itu seyogianya hati selalu bersih agar memancarkan kebaikan,KH.Abdullah Gymnstiar (AA GYM),mengatakan dalam tausiahnya bahwa “Hati adalah ibarat sebuah teko,dan mulut adalah sebagai bibir teko,Jika sebuah teko berisi air kopi tentunya yang keluar dari mulut teko adalah air kopi pula.

Seperti itulah gambaran hati kita,segala sesuatu dalam hati kita akan disampaikan lewat lisan. Jika hati bersih pasti pembicaraanya pun berbobot tidak sia-sia karena lisannya terjaga.Sebaliknya jika hati terkotori pastilah kata-kata tercela dan sia-sia yang keluar dari lisannya.

Demikian pula dengan wajah orang yang berhati bersih akan memancarkan dari raut muka yang berseri-seri,senyum menghiasi wajahnya,jelaslah siapapun yang bergaul dengannya akan merasa senang.Namun terkadang sering kita melihat orang wajahnya muram,tidak cerah,cemberut,karena hatinya selalu dikotori. Jadi sebenarnya penampilan luarpun dapat menjadi indikasi keadaan hati.

Betapa beruntungya lagi jika hati yang bersih dilengkapi pula dengan tubuh sehat terpelihara dan akal yang cerdas,yang selalu berusaha mengembangkan kemampuan dirinya.Dengan ketiga potensi ini,Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kesempatan kepada kita memilih, apakah akan menjadi mulia atau tidak,sukses atau tidak.

Yang terpenting adalah menjaga hati agar kian bersih,orang yang cacat atau tidak cerdas sekalipun jika ia memiliki hati yang bersih setiap orang pasti akan senang kepadanya dan ia berpeluang mulia disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.Karena dengan hati bersih itu ia mampu bersabar dengan keadaanya,tidak membuatnya menderita.

Memang tidak mudah untuk menjaga hati ini,membutuhkan ikhtiar latihan dan kesabaran serta keistiqamahan,serta senantisa memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala setiap saat,karena itu kita tidak akan mampu menata hati,melembutkan hati tanpa pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sahabat-saudaraku fillah yang di Rahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,demikian semoga manfaat buat kita semua, Yang benar haq semua datang-Nya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,yang kurang dan khilaf mohon sangat dimaafkan ’’Akhirul qalam “Wa tawasau bi al-haq Watawa saubil shabr “.Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala . senantiasa menunjukkan kita pada sesuatu yang di Ridhai dan di Cintai-NYA....Aamiin Allahuma AAmiin.

Untaian Catatan Tausiah Oleh : Kak Abdul Haris Muenthazzar

Cintaku Utuh Tak Tersentuh


Ku mencintamu utuh tak tersentuh….,

Jika ada yang bertanya, bagaimana aku memandang perkara jodoh, maka akan ku jawab, bagiku sama saja kau menanyakan keyakinanku tentang kematian..

Jodoh dan kematian adalah rahasia-Nya yang tersembunyi dalam tabir keghaiban-Nya, dan tersimpan dengan indah dalam tiap lembar daun di lauhul mahfuzh..

Lalu apa yang ku khawatirkan? Dan kenapa pula ku harus mengejar? Tidak, aku tak sudi.. Ku katakan padamu wahai para wanita perhiasan terindah dunia..

Jangan pernah mengobral murah kehormatanmu untuk hal yang kau sendiri tak yakin kehakikiannya? Pahamkah maksudku?

Ku tanya padamu, pernahkah kau jatuh cinta? Ku akui, akupun juga… Tapi tak pantas bagi kita mengumbar rasa itu.. Rasa yg entah akan berlabuh di mana?Lalu pikirkan, jika dia yang kau cinta, yang mengganggu tidurmu, membuatmu menangis karena rindu, ternyata bukan atau mungkin tak kan pernah menjadi pendampingmu, atau bukan kau yang dia pilih? Tak malukah? Tak malukah?

Lalu, apa masih mampu kau tatap wajah suamimu kelak dengan cinta yang seutuhnya jika ternyata dulu kau pernah menaruh separuh hatimu pada lelaki lain… Wahai para lelaki, tak cemburukah? Tak cemburukah? Tak cemburukah kau jika saat ini wanita yang kau pilih kelak sedang menyerahkan hatinya pada lelaki selainmu, namun ternyata kau yang akan meminangnya.

Tak sakit hatikah bila ketika bersamamu, ternyata dia tengah membandingkanmu dengan sosok lain dalam hatinya? Tak sedihkah? Tak sakitkah? Tak cemburukah? Jika kau, para lelaki, menjawab 'ya' maka, itu pula yang kami, wanita, rasakan..

Takkan pernah bosan ku ingatkan, bahwa yang akan berlaku tetaplah ketetapan-Nya…. Sekuat apapun usaha kalian jika tak sejalan dengan kehendak-Nya, maka tak akan pernah terjadi.. . Lalu, buat apa kau mubazirkan waktumu? Untuk apa Kau kuras energi? Kerana apa kau habiskan airmatamu?.... untuk orang yang belum tentu menjadi milikmu? Untuk apa?

Dan ku katakan padamu. Mungkin kau yang akan memilihku belum ku cinta saat itu. Tapi ketahuilah, karena kau memilihku, kau ku cinta... Bukankah jatuh cinta adalah sebuah proses? Akan ada sebab, akan ada hal yang membuatku jatuh cinta padamu, dan kau pun akan mencintaiku.. Dan ketika itu terjadi, semua telah terangkai dengan indah dalam kerangka kehalalan, dalam ikatan pernikahan yang disebut mitsaqan ghalizhan..

Dan tak akan pernah ada ragu ku katakan kuserahkan cintaku UTUH TAK TERSENTUH, padamu.. Hanya padamu.. ya, hanya padamu dan untukmu duhai cintaku….

*Renungan Kisah Inspiratif

Buatmu IBU


Ibu bergenang air mataku
Terbayang wajahmu yang redup sayu
kasih yang engkau hamparkan
Bagaikan laut yang tak bertepian
Biarpun kepahitan telah engkau rasakan
Tak pula kau merasa jemu
Mengasuh dan mendidik kami semua anakmu
Dari kecil hingga dewasa

Hidupmu kau korbankan
Biarpun dirimu yang telah terkorban
Tak dapat kubalasi akan semua ini
Semoga Tuhan memberkati kehidupanmu ibu
Ibu kau ampunilah dosaku
Andainya pernah menghiris hatimu
Restumu yang amatlah aku harapkan
Kerana disitu letak syurgaku

Tabahnya melayani kenakalan anakmu
Mengajarku erti kesabaran
Kau bagai pelita di kala aku kegelapan
Menyuluh jalan kehidupan

Kasihanilah Tuhan ibu yang telah melahirkan diriku
Bagaikan kasih ibu sewaktu kecilku
Moga bahgia ibu di dunia dan di akhirat sana...
Kasih sayangmu sungguh bernilai
Itulah harta yang engkau berikan
Ibu... dengarlah rintih hatiku untukmu ibu

Cerpen Islami

 KISAH POHON APEL
Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar. Seorang kanak-kanak lelaki begitu gemarbermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari.Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.

Masa berlalu... anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih. "Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohon apel itu. " Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau," jawab remaja itu." Aku mahukan permainan. Aku perlukan uang untuk membelinya, "tambah remaja itu dengan nada yang sedih.Lalu pohon apel itu berkata,"Kalau begitu, petiklahapel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkanuang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan."


Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih. Masa berlalu... Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa.

Pohon apel itu merasa gembira. "Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohon apel itu. "Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bolehkah kau menolongku? "Tanya anak itu."

Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kauboleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kaubuatlah rumah dari padanya." Pohon apel itu memberikan cadangan. Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong kesemua dahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.

Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa."Marilah bermain-mainlah di sekitarku, "ajak pohon apel itu." Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai boat. Bolehkah kau menolongku? "tanya lelaki itu."

Aku tidak mempunyai boat untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan boat. Kau akan dapat belayar dengan gembira," kata pohon apel itu. Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudian pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu. Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin dimamah usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu.

"Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat boat. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati..." kata pohon apel itu dengan nada pilu.

"Aku tidak mahu apelmu karana aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak mahu dahanmu karana aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mahu batang pohonmu karana aku berupaya untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat," jawab lelaki tua itu."

Jika begitu, istirahatlah di perduku, "kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan.

Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah kedua ibu bapak kita. Bila kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup. Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayan ibu bapak mereka. Hargailah jasa ibu bapak kepada kita. Jangan hanya kita menghargai mereka semasa menyambut hari ibu dan hari bapa setiap tahun.

Minggu, 29 Mei 2011

Pentingnya Dua Kalimah Syahadat

Syahadatain merupakan ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam. Oleh karena itu syahadah menjadi sangat penting. Lebih detailnya lagi, ada beberapa hal yang menyebabkannya menjadi penting, yaitu karena:
1. Syahadah adalah pintu masuk ke dalam Islam
2. Syahadah adalah intisari ajaran Islam
3. Syahadah adalah dasar-dasar perubahan menyeluruh
4. Syahadah adalah hakikat da'wah para rasul
5. Syahadah adalah keutamaan yang besar


Syarat Syahadatain
“Syarat” adalah sesuatu yang tanpa keberadaannya, maka yang disyaratkannya itu tidak sempurna atau tidak dapat terealisasi. Jadi, jika kita mengucapkan dua kalimat syahadat tanpa memenuhi syarat-syaratnya, bisa dikatakan syahadat itu tidak sah.



 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys